Pagi itu anakku dani terkena demam. Saat sarapan aku minta ijin mas lukman nanti membawa dani ke klinik terdekat. Saat pukul 10 aku berangkat membawa dani menggunakan angkot karena repot kalau membawa dani pakai motor, mobil juga di bawa suami kerja. Lagian klinik tersebut hanya berjarak sekitar 5 km. 5 menit aku menunggu dan terlihat sebuah angkutan umum menghampiriku. Aku lalu bergegas naik dan rupanya tinggal 1 tempat duduk yang kosong. Aku sambil merunduk menempati tempat duduk yang ada di belakang sebelah kanan. Itu juga aku di apit ibu ibu dan siswi sma. Setelah aku duduk dan memangku dani, rupanya pria di depanku melihat dengan tatapan yang aneh. Aku lalu melihat lihat apa yang salah dengan diriku. Saat melihat bagian paha, rupanya rok pendekku sedikit terangkat karena tertarik dan terjepit oleh dani. Mungkin mereka melihat paha mulusku yang terpampang ini pikirku.
Memang mereka berdua tidak terlalu tua, sekitar umur 40 dan 35 tahunan. Tiba-tiba terbesit ingin menggoda mereka. Aku yang awalnya menutup rapat paha sampai lututku, lalu aku buka sedikit sampai kira-kira mereka melihat bagian terdalam dari pahaku. Dan memang mereka tidak melepas pandangan mereka dari pahaku atau bahkan cd mini hitamku. Mereka benar-benar makin terbuai oleh kenakalanku sampai pria yang sekitar umur 40 an itu tidak sadar menggigit bibir bawahnya. Aku biarkan keadaan itu sepanjang perjalanan. Saat aku sampai, aku ingin sedikit memberi ‘hadia’ kecil pada para pria pengagum tubuhku itu. Aku turun dengan menyuruh dani berjalan dulu sambil aku pegang tangannya. Aku bangkit dan mengikuti dani sambil merunduk. Saat menuju pintu itulah aku sodorkan pantat bulatku ke mereka. Tentu saja aku merasakan tangan nakal mencolek pantatku. Aku biarkan saja dan turun lalu membayar pada pak supir.
Aku langsung ke tempat pendaftaran poli anak. Setelah itu aku duduk mengantri bersama dani. Terlihat suasana yang cukup lengang. Apalagi di poli anak hanya ada 5 pasien (anak dan orang tua) yang mengantri. Aku mengobrol dengan ibu di sebelahku. Sekitar pukul 11 lebih akhirnya giliran ibu itu di panggil dokter. Aku melihat dokter itu lumayan juga pikirku. Ganteng, bersih, apalagi dengan jambang tipis dan tubuhnya juga terlihat kekar meskipun terbalut seragam dokternya. Pikiranku mulai agak nakal apalagi sudah 5 hari ini mas lukman tidak menjamah tubuhku. Belum lagi kejadian di angkot tadi juga sedikit banyak mempengaruhi pikiranku. Aku melihat ada 1 pasien lagi setelahku. Saat nama anakku di panggil, aku suruh ibu terakhir untuk mendahuluiku. Aku berfikir bagaimana aku bisa menggoda dokter itu. Lalu aku membuka beberapa kancing atas bajuku sehingga memperlihatkan sebagian bh unguku dan belahan payudara besarku dengan ukuran payudaraku 36C. Aku juga sedikit melipat rok pendekku sehingga sekarang rok ku hanya beberapa centi saja dari pangkal pahaku. Menurutku ini cukup untuk sedikit menggoda gairah lelaki.
Tak lama sebagian dokter dan perawat mulai beristirahat karena sudah memasuki waktu istirahat. Kadang beberapa orang juga sempat melirik ke arahku. Beberapa menit kemudian ibu itu keluar dan tersenyum padaku sambil berpamitan pulang. Dokter tampaknya ragu akan memanggilku atau tidak. Terlihat dia diam sebentar sambil melihatku, sangat berwibawa dan terlihat misterius pikirku. Aku hanya tersenyum manis saat dia memandangku. “dani?” panggilnya. “iya dokter” Aku pun bangkit dan mendekat sambil menggandeng anakku. “silahkan bu” katanya sambil mempersilahkan aku dan anakku masuk. Aku meliriknya terus saat masuk sambil tersenyum. Aku juga sedikit menyenggol bahunya dengan payudaraku karena dia berdiri sedikit menghalangi pintu. Aku lalu duduk di depan meja dokter bersama anakku. Dokter itu (nama di papan mejanya toni)menutup pintu dan duduk di depan kami. dia menanyakan identitas anakku sambil menulis di kertas. Aku menjawabnya sambil menaruh kedua tanganku terlipat di atas meja menopang keadua payudaraku sehingga makin terlihat menantang. Dokter toni juga bukan tidak memperhatikannya karena terlihat setiap dia bertanya matanya melirik ke payudaraku.
Setelah selesai bertanya tentang hal-hal umum(identitas, gejala, dsb.), dia mengambil stetoskopnya dan menyuruh dani naik ke tempat tidur pasien. Aku naik 1 tangga kecil sambil mengangkat dani lalu membaringkannya. Saat dokter toni mendekat, aku berkata “maaf dok, anak saya ini ga mau kalo berbaring ga sama saya. Jadi saya juga ikut berbaring y dok?”. Dia menjawab “oh silahkan bu kalo anaknya maunya begitu”. Aku lalu naik perlahan dan menata posisi dani sambil membungkuk membelakangi dokter toni. Aku melakukannya agar dokter toni melihat sebagian pantat dan cd ku karena rok yang aku lipat ke bagian pinggang tadi. Aku agak lama memposisikan dani. Setelah selesai aku lalu bebaring di sebelah dani dan membetulkan rok yang sedikit terangkat. Terlihat dokter toni terpaku dengan apa yang aku lakukan tadi sampai dia bengong sebentar sampai aku bilang “udah siap dok”. Dia agak terkejut dan berkata ”o ooh i...iya bu...” jawabnya sambil memakai stetoskop di telinganya.
Aku lalu memiringkan badan saat dokter toni mendekati kami. Aku sedikit menggeser posisi pantatku yang terlihat karena rok pendekku terangkat, hingga ke ujung tempat tidur sambil mengangkat kaos anakku karena mau di periksa. Aku rasakan mungkin sebagian cd hitamku juga terlihat karena hembusan ac sangat terasa di pangkal pahaku. Aku pura-pura tidak menyadarinya sambil seperti membujuk dani agar mau di periksa. Saat dokter doni sudah tepat d sampingku, dia memposisikan dirinya tepat di pantatku. Dia lalu memeriksa perut dan dada dani dengan stetoskopnya. Lalu saat dia mau memeriksa mata anakku, dia agak maju sehingga mengenai pantatku. Dia memeriksa mata anakku namun tangannya yang berbulu agak lebat itu entah sengaja atau tidak menempel di payudaraku karena posisi badanku yang mepet anakku. Saat dokter toni menyuruh membuka mulut anakku, kurasakan sedikit hentakan di pantatku. Dokter toni lalu tampak sedikit bingung. “Ada apa dok? Anak saya sakit apa?” tanyaku berpura-pura takut dan serius. “Sebentar ya bu...ada beberapa hal yang ingin saya pastikan” katanya sambil menatapku tajam. Dia lalu mengambil kepala stetoskop yang menggantung tepat d pinggulku.
Namun tampaknya dokter toni tidak hanya mengambil stetoskopnya, tapi juga sedikit menarik rok ku. Dia memeriksa perut anakku lagi, tapi sekarang agak berbeda karena dia juga memeriksa sekitar rusuk anakku. Hingga saat memeriksa rusuk pada sisi aku sedang berbaring. “Maaf yah bu...” katanya sambil memeriksa rusuk anakku sehingga tangannya juga menggesek payudaraku. Agak lama dia melakukannya, akupun diam saja karena aku merasakan ada sebuah tonjolan keras sedang menggesek pantatku. “Adek, bajunya di lepas dulu sebentar ya...” kata dokter toni. Lalu aku bangkit badan dan melepas kaos dani sambil melirik dokter toni. Pantas saja pantatku merasa barang keras karena pantatku tepat di depan selangkangan dokter toni. Setelah baju dani terlepas, aku menyuruh dani berbaring lagi. Lalu aku kembali berbaring miring di sebalah dani sambil tanganku mengangkat rok pendekku hingga terlihat pantat mulusku. Dokter toni tertegun lalu memandangku dan aku balas dengan menggigit bibir bawahku sambil melirik selangkangannya.
Tanganku yang menarik rok ku arahkan pada tonjolan besar di celana dokter toni sambil sedikit meremas sebentar lalu aku lepaskan dan memeluk anakku. Dokter toni yang tentu tau maksudku langsung meremas pantatku dengan gemas. Satu tangannya masih memeriksa anakku, dan tangannya yang lain meremas terus pantat hingga menelusup ke dalam cd miniku. “Uuuhh....” lenguhku saat jari-jarinya bermain di vaginaku yang sudah basah. Kini dokter toni melorotkan cd ku sampai paha hingga terpampang jelas vaginaku. Dia ternyata juga mengeluarkan kontolnya yang sudah sangat keras dan besar. Dia menggesekkan kontolnya di pantatku. Merasa penasaran, aku melihat kontolnya. “Benar-benar gagah kontol dokter toni” pikirku. Aku juga menggerakkan pantatku menggesek kontolnya yang perkasa itu. Dokter toni tak tinggal diam dan memasukkan jarinya ke vaginaku. Dia mengocok jarinya di dalam dan juga menggosok klitorisku. “uuuggh...mmmhhh” lenguhku pelan. “Mama sakit juga yah?” tanya dani dengan wajah polosnya. “Iya adek, mamanya sakit juga...dokter mau obatin mama dulu yah...adek dani pake baju dulu sambil nunggu dokter periksa mamanya.”Kata dokter toni menyahuti anakku. Setelah dani memakai kaosnya, dia tiduran juga di sampingku. “mmmhhh...ooohhh” desahku saat dokter toni makin gencar memainkan tangannya di vaginaku. “Mamanya dokter suntik yah dek....biar cepet sembuh” kata dokter toni sambil mengusapkan kontolnya di vaginaku.
“Dani sayang...tengkurap yah sambil hadap tembok biar ga takut lihat mama di suntik pak dokter...suntiknya gede banget lho...” kataku membujuk agar anakku tidak melihat langsung mamanya di entot orang. Sesaat setelah dani tengkurap dan mengalihkan pandangannya, dokter toni langsung membalikkan tubuhku agar berbaring dan langsung melumat bibirku. Tangannya juga langsung membuka kancing bajuku dan meremas kedua payudaraku. “Mmmmhhhh” desahku mendapat perlakuan dari dokter toni. Puas melumat bibirku, dia mengangkat kaki kiriku dan meletakkannya di pundaknya sambil menyiapkan kontol besarnya di vaginaku. “Adek..mamanya dokter suntik, jangan lihat kesini dulu yahh...” katanya sambil memasukkan kontolnya pelan. “Ooooggghh...”lenguhku saat dokter toni makin menekan kontolnya yang berurat itu. “Ahhh...ssshh” desahku saat dokter toni juga mengusap klitorisku. Terlihat setengah kontolnya masuk vaginaku tapi rasanya sangat penuh. Dia berhenti sejenak sambil meremas payudaraku yang kanan. Tiba-tiba “Aaaawwwwhhh” aku menjerit kecil karena dokter toni melesakkan semua kontolnya terbenam ke vaginaku. Dia berhenti, “Uhhh nikmat dan sempit banget” katanya menikmati vaginaku. Tak lama kemudian dia mulai memompa kontolnya pelan.
“uuummhhh...aahhh” desahku menikmati tiap gesekan kontol dokter toni dalam vaginaku. Dokter toni juga aktif meremasi payudaraku yang sudah bebas tergantung. Makin lama vaginaku mulai terbiasa dengan ukuran kontol dokter toni. Dia mulai menggenjotku penuh semangat dan akupun tidak tinggal diam dengan menggoyangkan pinggulku. “Ooohhh nikmatnya kontol dokter” racauku. “Aaaggh...nikmat banget nih memek...” racau dokter toni sambil terus menggenjot vaginaku.
Makin keras sodokan kontol dokter toni, akupun mulai tak tahan. “Ooohh ddokk...sodok terus memek gatel ini...ooouuhh” racauku makin tak terkendali karena akan mencapai orgasme. Akhirnya beberapa menit kemudian aku merasakan ledakkan orgasme “Aaa..aaaahh...aaagghhhhh”. Aku benar-benar merasakan orgasme paling nikmat dari yang selama ini kurasakan. Dokter toni berhenti sejenak membiarkanku menikmati orgasmeku sambil terus meremas payudaraku.
Setelah reda, dokter toni mulai menggenjot vaginakku kembali. Pelan, sedang, dan akhirnya menjadi cepat bahkan terkesan kasar. Tapi aku makin menikmati kekasarannya terhadapku. “Ooogghh aahhh..” desahku. “Ohhh...eeaah...aagh” dokter toni juga mendesah menikmati jepitan vaginaku. 5 menit kemudian kami makin liar seolah menjemput keikmatan masing-masing. Desah kami bersahutan, keringat mengalir deras bersama suara pantat beradu. Akhirnya kami berdua mendapatkan orgasme yang hampir bersamaan. Setelah agak reda, kami berpagutan mesra lalu dokter toni melepas kontolnya. Bersamaan dengan itu lelehan spermanya juga keluar dari vaginaku. Dai lalu mengambil tisu dan membersihkan vaginaku. Aku sendiri merapikan bajuku lalu melihat dani. Ternyata dia tertidur pulas. Selesai membersihkan memekku, donter toni menjilat sebentar vaginaku dan mengecupnya. Saat aku mau memakai cd ku, dokter toni menahan tanganku lalu menarik cd ku ke ujung kakiku. Dia melepas cd ku dan memasukkan ke dalam sakunya. “Buat kenang-kenangan” katanya sambil berjalan menuju mejanya. Akupun membangunkan dani dan menggendongnya turun dari tempat tidur. Aku duduk di depan dokter toni yang masih sedikit ngos-ngosan. Dia menulis resep dan memberikannya padaku. Saat aku mau pamit pulang, dia memberikanku secarik kertas lagi berisi nomor telfon. “Ini kalau ada apa-apa sama dani ataupun mamanya yang nikmat” katanya tersenyum manis. Aku lalu keluar ruangan dan pulang.
Memang mereka berdua tidak terlalu tua, sekitar umur 40 dan 35 tahunan. Tiba-tiba terbesit ingin menggoda mereka. Aku yang awalnya menutup rapat paha sampai lututku, lalu aku buka sedikit sampai kira-kira mereka melihat bagian terdalam dari pahaku. Dan memang mereka tidak melepas pandangan mereka dari pahaku atau bahkan cd mini hitamku. Mereka benar-benar makin terbuai oleh kenakalanku sampai pria yang sekitar umur 40 an itu tidak sadar menggigit bibir bawahnya. Aku biarkan keadaan itu sepanjang perjalanan. Saat aku sampai, aku ingin sedikit memberi ‘hadia’ kecil pada para pria pengagum tubuhku itu. Aku turun dengan menyuruh dani berjalan dulu sambil aku pegang tangannya. Aku bangkit dan mengikuti dani sambil merunduk. Saat menuju pintu itulah aku sodorkan pantat bulatku ke mereka. Tentu saja aku merasakan tangan nakal mencolek pantatku. Aku biarkan saja dan turun lalu membayar pada pak supir.

Aku langsung ke tempat pendaftaran poli anak. Setelah itu aku duduk mengantri bersama dani. Terlihat suasana yang cukup lengang. Apalagi di poli anak hanya ada 5 pasien (anak dan orang tua) yang mengantri. Aku mengobrol dengan ibu di sebelahku. Sekitar pukul 11 lebih akhirnya giliran ibu itu di panggil dokter. Aku melihat dokter itu lumayan juga pikirku. Ganteng, bersih, apalagi dengan jambang tipis dan tubuhnya juga terlihat kekar meskipun terbalut seragam dokternya. Pikiranku mulai agak nakal apalagi sudah 5 hari ini mas lukman tidak menjamah tubuhku. Belum lagi kejadian di angkot tadi juga sedikit banyak mempengaruhi pikiranku. Aku melihat ada 1 pasien lagi setelahku. Saat nama anakku di panggil, aku suruh ibu terakhir untuk mendahuluiku. Aku berfikir bagaimana aku bisa menggoda dokter itu. Lalu aku membuka beberapa kancing atas bajuku sehingga memperlihatkan sebagian bh unguku dan belahan payudara besarku dengan ukuran payudaraku 36C. Aku juga sedikit melipat rok pendekku sehingga sekarang rok ku hanya beberapa centi saja dari pangkal pahaku. Menurutku ini cukup untuk sedikit menggoda gairah lelaki.
Tak lama sebagian dokter dan perawat mulai beristirahat karena sudah memasuki waktu istirahat. Kadang beberapa orang juga sempat melirik ke arahku. Beberapa menit kemudian ibu itu keluar dan tersenyum padaku sambil berpamitan pulang. Dokter tampaknya ragu akan memanggilku atau tidak. Terlihat dia diam sebentar sambil melihatku, sangat berwibawa dan terlihat misterius pikirku. Aku hanya tersenyum manis saat dia memandangku. “dani?” panggilnya. “iya dokter” Aku pun bangkit dan mendekat sambil menggandeng anakku. “silahkan bu” katanya sambil mempersilahkan aku dan anakku masuk. Aku meliriknya terus saat masuk sambil tersenyum. Aku juga sedikit menyenggol bahunya dengan payudaraku karena dia berdiri sedikit menghalangi pintu. Aku lalu duduk di depan meja dokter bersama anakku. Dokter itu (nama di papan mejanya toni)menutup pintu dan duduk di depan kami. dia menanyakan identitas anakku sambil menulis di kertas. Aku menjawabnya sambil menaruh kedua tanganku terlipat di atas meja menopang keadua payudaraku sehingga makin terlihat menantang. Dokter toni juga bukan tidak memperhatikannya karena terlihat setiap dia bertanya matanya melirik ke payudaraku.
Setelah selesai bertanya tentang hal-hal umum(identitas, gejala, dsb.), dia mengambil stetoskopnya dan menyuruh dani naik ke tempat tidur pasien. Aku naik 1 tangga kecil sambil mengangkat dani lalu membaringkannya. Saat dokter toni mendekat, aku berkata “maaf dok, anak saya ini ga mau kalo berbaring ga sama saya. Jadi saya juga ikut berbaring y dok?”. Dia menjawab “oh silahkan bu kalo anaknya maunya begitu”. Aku lalu naik perlahan dan menata posisi dani sambil membungkuk membelakangi dokter toni. Aku melakukannya agar dokter toni melihat sebagian pantat dan cd ku karena rok yang aku lipat ke bagian pinggang tadi. Aku agak lama memposisikan dani. Setelah selesai aku lalu bebaring di sebelah dani dan membetulkan rok yang sedikit terangkat. Terlihat dokter toni terpaku dengan apa yang aku lakukan tadi sampai dia bengong sebentar sampai aku bilang “udah siap dok”. Dia agak terkejut dan berkata ”o ooh i...iya bu...” jawabnya sambil memakai stetoskop di telinganya.
Aku lalu memiringkan badan saat dokter toni mendekati kami. Aku sedikit menggeser posisi pantatku yang terlihat karena rok pendekku terangkat, hingga ke ujung tempat tidur sambil mengangkat kaos anakku karena mau di periksa. Aku rasakan mungkin sebagian cd hitamku juga terlihat karena hembusan ac sangat terasa di pangkal pahaku. Aku pura-pura tidak menyadarinya sambil seperti membujuk dani agar mau di periksa. Saat dokter doni sudah tepat d sampingku, dia memposisikan dirinya tepat di pantatku. Dia lalu memeriksa perut dan dada dani dengan stetoskopnya. Lalu saat dia mau memeriksa mata anakku, dia agak maju sehingga mengenai pantatku. Dia memeriksa mata anakku namun tangannya yang berbulu agak lebat itu entah sengaja atau tidak menempel di payudaraku karena posisi badanku yang mepet anakku. Saat dokter toni menyuruh membuka mulut anakku, kurasakan sedikit hentakan di pantatku. Dokter toni lalu tampak sedikit bingung. “Ada apa dok? Anak saya sakit apa?” tanyaku berpura-pura takut dan serius. “Sebentar ya bu...ada beberapa hal yang ingin saya pastikan” katanya sambil menatapku tajam. Dia lalu mengambil kepala stetoskop yang menggantung tepat d pinggulku.
Namun tampaknya dokter toni tidak hanya mengambil stetoskopnya, tapi juga sedikit menarik rok ku. Dia memeriksa perut anakku lagi, tapi sekarang agak berbeda karena dia juga memeriksa sekitar rusuk anakku. Hingga saat memeriksa rusuk pada sisi aku sedang berbaring. “Maaf yah bu...” katanya sambil memeriksa rusuk anakku sehingga tangannya juga menggesek payudaraku. Agak lama dia melakukannya, akupun diam saja karena aku merasakan ada sebuah tonjolan keras sedang menggesek pantatku. “Adek, bajunya di lepas dulu sebentar ya...” kata dokter toni. Lalu aku bangkit badan dan melepas kaos dani sambil melirik dokter toni. Pantas saja pantatku merasa barang keras karena pantatku tepat di depan selangkangan dokter toni. Setelah baju dani terlepas, aku menyuruh dani berbaring lagi. Lalu aku kembali berbaring miring di sebalah dani sambil tanganku mengangkat rok pendekku hingga terlihat pantat mulusku. Dokter toni tertegun lalu memandangku dan aku balas dengan menggigit bibir bawahku sambil melirik selangkangannya.
Tanganku yang menarik rok ku arahkan pada tonjolan besar di celana dokter toni sambil sedikit meremas sebentar lalu aku lepaskan dan memeluk anakku. Dokter toni yang tentu tau maksudku langsung meremas pantatku dengan gemas. Satu tangannya masih memeriksa anakku, dan tangannya yang lain meremas terus pantat hingga menelusup ke dalam cd miniku. “Uuuhh....” lenguhku saat jari-jarinya bermain di vaginaku yang sudah basah. Kini dokter toni melorotkan cd ku sampai paha hingga terpampang jelas vaginaku. Dia ternyata juga mengeluarkan kontolnya yang sudah sangat keras dan besar. Dia menggesekkan kontolnya di pantatku. Merasa penasaran, aku melihat kontolnya. “Benar-benar gagah kontol dokter toni” pikirku. Aku juga menggerakkan pantatku menggesek kontolnya yang perkasa itu. Dokter toni tak tinggal diam dan memasukkan jarinya ke vaginaku. Dia mengocok jarinya di dalam dan juga menggosok klitorisku. “uuuggh...mmmhhh” lenguhku pelan. “Mama sakit juga yah?” tanya dani dengan wajah polosnya. “Iya adek, mamanya sakit juga...dokter mau obatin mama dulu yah...adek dani pake baju dulu sambil nunggu dokter periksa mamanya.”Kata dokter toni menyahuti anakku. Setelah dani memakai kaosnya, dia tiduran juga di sampingku. “mmmhhh...ooohhh” desahku saat dokter toni makin gencar memainkan tangannya di vaginaku. “Mamanya dokter suntik yah dek....biar cepet sembuh” kata dokter toni sambil mengusapkan kontolnya di vaginaku.

“Dani sayang...tengkurap yah sambil hadap tembok biar ga takut lihat mama di suntik pak dokter...suntiknya gede banget lho...” kataku membujuk agar anakku tidak melihat langsung mamanya di entot orang. Sesaat setelah dani tengkurap dan mengalihkan pandangannya, dokter toni langsung membalikkan tubuhku agar berbaring dan langsung melumat bibirku. Tangannya juga langsung membuka kancing bajuku dan meremas kedua payudaraku. “Mmmmhhhh” desahku mendapat perlakuan dari dokter toni. Puas melumat bibirku, dia mengangkat kaki kiriku dan meletakkannya di pundaknya sambil menyiapkan kontol besarnya di vaginaku. “Adek..mamanya dokter suntik, jangan lihat kesini dulu yahh...” katanya sambil memasukkan kontolnya pelan. “Ooooggghh...”lenguhku saat dokter toni makin menekan kontolnya yang berurat itu. “Ahhh...ssshh” desahku saat dokter toni juga mengusap klitorisku. Terlihat setengah kontolnya masuk vaginaku tapi rasanya sangat penuh. Dia berhenti sejenak sambil meremas payudaraku yang kanan. Tiba-tiba “Aaaawwwwhhh” aku menjerit kecil karena dokter toni melesakkan semua kontolnya terbenam ke vaginaku. Dia berhenti, “Uhhh nikmat dan sempit banget” katanya menikmati vaginaku. Tak lama kemudian dia mulai memompa kontolnya pelan.
“uuummhhh...aahhh” desahku menikmati tiap gesekan kontol dokter toni dalam vaginaku. Dokter toni juga aktif meremasi payudaraku yang sudah bebas tergantung. Makin lama vaginaku mulai terbiasa dengan ukuran kontol dokter toni. Dia mulai menggenjotku penuh semangat dan akupun tidak tinggal diam dengan menggoyangkan pinggulku. “Ooohhh nikmatnya kontol dokter” racauku. “Aaaggh...nikmat banget nih memek...” racau dokter toni sambil terus menggenjot vaginaku.
Makin keras sodokan kontol dokter toni, akupun mulai tak tahan. “Ooohh ddokk...sodok terus memek gatel ini...ooouuhh” racauku makin tak terkendali karena akan mencapai orgasme. Akhirnya beberapa menit kemudian aku merasakan ledakkan orgasme “Aaa..aaaahh...aaagghhhhh”. Aku benar-benar merasakan orgasme paling nikmat dari yang selama ini kurasakan. Dokter toni berhenti sejenak membiarkanku menikmati orgasmeku sambil terus meremas payudaraku.
Setelah reda, dokter toni mulai menggenjot vaginakku kembali. Pelan, sedang, dan akhirnya menjadi cepat bahkan terkesan kasar. Tapi aku makin menikmati kekasarannya terhadapku. “Ooogghh aahhh..” desahku. “Ohhh...eeaah...aagh” dokter toni juga mendesah menikmati jepitan vaginaku. 5 menit kemudian kami makin liar seolah menjemput keikmatan masing-masing. Desah kami bersahutan, keringat mengalir deras bersama suara pantat beradu. Akhirnya kami berdua mendapatkan orgasme yang hampir bersamaan. Setelah agak reda, kami berpagutan mesra lalu dokter toni melepas kontolnya. Bersamaan dengan itu lelehan spermanya juga keluar dari vaginaku. Dai lalu mengambil tisu dan membersihkan vaginaku. Aku sendiri merapikan bajuku lalu melihat dani. Ternyata dia tertidur pulas. Selesai membersihkan memekku, donter toni menjilat sebentar vaginaku dan mengecupnya. Saat aku mau memakai cd ku, dokter toni menahan tanganku lalu menarik cd ku ke ujung kakiku. Dia melepas cd ku dan memasukkan ke dalam sakunya. “Buat kenang-kenangan” katanya sambil berjalan menuju mejanya. Akupun membangunkan dani dan menggendongnya turun dari tempat tidur. Aku duduk di depan dokter toni yang masih sedikit ngos-ngosan. Dia menulis resep dan memberikannya padaku. Saat aku mau pamit pulang, dia memberikanku secarik kertas lagi berisi nomor telfon. “Ini kalau ada apa-apa sama dani ataupun mamanya yang nikmat” katanya tersenyum manis. Aku lalu keluar ruangan dan pulang.
loading...
No comments